Official Website

Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNS

Pengurus Himakom 2013-2014

Ave Komunikare! Apa kabar teman-teman komunikasi? Semoga baik-baik ya! :) Ingat pepatah ‘tak kenal maka tak sayang’? Nah, maka dari itu kali ini kami akan memperkenalkan Pengurus HIMAKOM Periode 2013-2014.

Read More

Seminar PR bersama The Sunan Hotel

The Sunan Hotel bersama HIMAKOM FISIP UNS mengadakan sebuah acara bertajuk The Sunan PR Day. Acara yang diadakan pada Kamis (13/6) ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan peserta mengenai dunia kehumasan. Bertempat di Wiryowidagdo Ballrom The Sunan Hotel Solo, acara ini berlangsung dari pukul 08.30 hingga 16.30 WIB. Acara yang diikuti oleh 60 peserta ini merupakan acara yang sangat unik. Hal ini karenakan semua peserta diharuskan untuk mengenakan dress code layaknya seorang PR.

Read More

Workshop News Anchor Bersama Rory Asyari

Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMAKOM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) menyelenggaran Workshop News Anchor pada Senin, 1 April 2013 lalu. Kegiatan ini merupakan kegiatan pertama yang diselenggarakan oleh kepengurusan baru HIMAKOM FISIP UNS. Pada acara yang berlangsung di Ruang Seminar FISIP UNS ini mendatangkan Rory Asyari sebagai pembicara.

Read More

Kalender Akademik (Agustus 2013-Januari 2014)

Ave Communicare! Halo teman-teman komunikasi, udah tau jadwal KRS-an untuk semester depan? Udah tau jadwal kuliah semester depan? Nah, buat mahasiswa baru, udah tau jadwal Osmaru? Kalau belum, berikut Kalender Akademik Semester Agustus 2013-Januari 2014.

Read More

Join Us On

Search

Kamis, 09 Mei 2013

Pelatihan Penulisan Proposal dan Presentasi

Ave Komunikare! Apa kabar teman-teman Komunikasi? :)

Ada yang nggak tahu gimana caranya membuat proposal yang menarik? Atau ada yang nggak tahu gimana caranya presentasi yang baik dan benar?

Bagi sebuah organisasi, proposal merupakan suatu hal yang sangat penting. Pada setiap kegiatan, proposal selalu digunakan untuk perijinan kegiatan, perijinan tempat, maupun untuk perjanjian kerjasama dengan pihak eksternal. Proposal yang baik adalah proposal yang menarik dari segi isi dan juga dari segi desain. Pada sebuah proposal, jika memiliki isi yang baik, namun dengan desain yang biasa-biasa saja, maka tidak akan membuat orang lain merasa tertarik dengan apa yang telah kita tulis dalam proposal tersebut, begitu juga sebaliknya.

Oleh karena itu, pada Kamis, 25 April 2013, HIMAKOM FISIP UNS menyelenggarakan sebuah kegiatan internal, yaitu Pelatihan Penulisan Proposal dan Presentasi. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pengurus HIMAKOM dalam membuat proposal.

Kegiatan ini diawali dengan materi tentang penulisan proposal oleh Ketua Umum HIMAKOM FISIP UNS, Miftah Faridl Widhagdha. Dalam materi ini dijelaskan bagaimana cara membuat proposal yang baik, sehingga membuat orang lain merasa tertarik, dan berkeinginan untuk melakukan kerjasama dengan pihak terkait.

Sedangkan materi kedua, diisi oleh Sarah Neyrhiza, yang merupakan alumni Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS, dan juga ex-pengurus HIMAKOM FISIP UNS. Pada materi ini dijelaskan tentang bagaimana presentasi yang baik dan benar, sehingga audience tidak merasa bosan. Selain itu, peserta juga diberikan penugasan untuk presentasi dengan membuat slide presentasi, kemudian mempresentasikannya di hadapan peserta lain.

Review Ngobras April (Kamis, 18 April 2013) “Media Sosial dan Propaganda Komunikasi Politik”

Maraknya penggunaan sosial media di kalangan masyarakat, terutama kaum muda, memang tidak dapat dipungkiri lagi. Hal ini membuat munculnya perubahan yang berkaitan dengan sosial media. Salah satu fenomena yang terjadi adalah penggunaan sosial media untuk sosialisasi politik. Sosialisasi politik sekarang mulai merambah di dunia maya. Ini membuat sosial media menjadi sarana pembangun citra dan menjadi tolak ukur suksesnya sosialisasi politik di masyarakat.

Melihat fenomena ini, Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMAKOM) FISIP UNS mengadakan acara Ngobras (Ngobrol Asyik Komunikasi) yang mengangkat isu tersebut. Ngobras yang merupakan salah satu program kerja dari bidang Diskusi dan Penalaran HIMAKOM ini mengambil tema “Sosial Media dan Propaganda Komunikasi Politik”.

Acara ini dilaksanakan pada Kamis, 18 April 2013 di Ruang Seminar FISIP UNS. Acara Ngobras kali ini menghadirkan pembicara yang berkompeten yaitu  Ajianto Dwi Nugroho, S.Sos dari Manikmaya Institute. Manikmaya Institute  merupakan institusi konsultan politik yang berbasis political branding, sosial media, dan media intelligent. Salah satu aspek yang menjadi fokus dari Manikmaya Institute adalah persoalan pencitraan atau branding, baik branding seseorang maupun seuatu kelompok.

Branding yang dilakukan melalui sosial media memang mempunyai efek yang besar. Sebagai contoh studi kasus, propaganda sekaligus sosialisasi pemilihan umum dewasa ini banyak dilakukan melalui sosial media. Melalui sarana ini masyarakat akan lebih mudah mengenal dan tidak asing lagi dengan serba-serbi pemilihan umum, utamanya calon kepala daerah yang akan dipih. Namun, branding melalui sosial media tidak semata-mata dipengaruhi oleh intensitas propaganda dan sosialisasi. Karena aksi branding akan sulit dilakukan jika image jelek sudah menempel calon terpilih pada kegiatan pemilu. Oleh karena itu muncullah istilah media darling, yaitu orang yang sukses dalam melakukan propaganda dan sosialisasi politik melalui media sosial.

Acara Ngobras ini dihadiri oleh 30 orang mahasiswa llmu Komunikasi FISIP UNS, dan berlangsung selama 2 jam. Ngobras kali ini dimoderatori oleh Ketua Himakom FISIP UNS periode 2013, Miftah Faridl Widhagdha.

Pertanyaan-pertanyaan banyak yang didiskusikan dan dijawab oleh Ajianto. Beberapa pertanyaan mengenai bagaimana sistem branding melalui media sosial diajukan, seperti:
1.       T: “Bagaimana mem-branding untuk seseorang yang telah mendapatkan reputasi buruk di masyarakat?“
J: “ Kalau soal korupsi masih relatif mudah karena dalam jangka tiga bulan saja orang sudah bisa memaafkan kesalahan koruptor. Namun jika itu menyoal tentang perempuan, butuh kerja keras alias sulit.”
2.       T: “Bagaimana seseorang itu bisa disebut Media Darling dan apa yang harus dilakukan seseorang yang telah mendapat label tersebut?”
J: “Seseorang dijuluki sebagai Media Darling ketika ia berhasil atau sukses dalam melakukan branding atau pencitraan di media. Menjadi seorang Media Darling harus memperhatikan factor-faktor yang berhubungan dengan media, yaitu jangan terlalu dekat atau terlalu jauh dengan wartawan. Lakukan juga PR-ing media agar bisa membangun image. Seorang Media Darling juga harus mengetahui peta politik, termasuk tim suksesnya, jika tidak ingin gagal.”

Kesimpulannya, melakukan branding terhadap seseorang itu tidak asal, harus sesuai dengan kenyataan, dan melihat bagaimana riwayat masalah seseorang tersebut. Ini menyangkut susah atau mudahnya kegiatan branding tersebut. Selain itu, branding yang dilakukan di sosial media juga meilhat bagaimana peminat masyarakat terhadap sosial media itu sendiri. Dengan kata lain, dapat simpulkan bahwa media sosial memegang peran penting dalam propaganda komunikasi politik dan dipengaruhi oleh beragam faktor.

Kamis, 02 Mei 2013

Pemutaran dan Diskusi Film "Di Balik Frekuensi"


Pada Kamis, 2 Mei 2013, HIMAKOM berkerjasama dengan KINE KLUB FISIP UNS, FIESTA FM, dan SOLOPOS mengadakan sebuah acara Pemutaran dan Diskusi Film “Behind The Frequency” di Aula FISIP UNS. Acara yang berlangsung selama 3 jam ini mendapatkan antusias yang luar biasa dari penonton. Penonton tidak hanya dari mahasiswa Ilmu Komunikasi atau mahasiswa FISIP UNS, namun banyak penonton dari fakultas lain di UNS, bahkan dari masyarakat umum.

Film dokumenter “Behind The Frequency” merupakan film yang dianggap tepat untuk menyambut Hari Buruh Dunia yang diperingati setiap tanggal 1 Mei. Film ini mengambil dua fokus cerita. Fokus pertama menceritakan tentang Luviana seorang jurnalis Metro TV yang di PHK sepihak karena memperjuangkan kesejahteraan pekerja. Luviana mempertanyakan sistem manajemen yang tidak berpihak pada pekerja di media milik Surya Paloh ini. Luviana dipindahkan dari News Room ke HRD. Luviana tetap memperjuangkan haknya, namun pihak kantor seakan tidak menghiraukan. Walaupun sempat bertemu dengan Surya Paloh, permintaan Luviana untuk tetap bekerja di Metro TV tetap tidak dikabulkan. Luviana dibantu aliansi pekerja memperjuangkan hak Luviana. Namun, hasilnya Luviana malah dirumahkan karena dianggap mencemarkan nama perusahaan karena menggelar dema dan orasi.
Sedangkan fokus kedua bercerita tentang Hari Suwandi, warga korban lumpur Lapindo yang berunjuk rasa dengan berjalan kaki dari Sidoarjo hingga Jakarta untuk mencari keadilan bagi korban-korban Lumpur Lapindo di Sidoarjo. Seperti yang kita tahu, bahwa PT Menarak Lapindo Jaya adalah perusahaan yang dibawahi oleh Bakrie Group dan TVone tidak menyebut kasus ini dengan Lumpur Lapindo seperti media-media lain, namun dengan sebutan Lumpur Sidoarjo. Hari Suwandi menjadi bahan pembicaraan, banyak media yang menyoroti pria paruh baya tersebut.  Metro TV adalah media yang paling gencar memberitakan Hari Suwandi. Berbeda dengan TVone, yang justru memberitakan Hari Suwandi bukanlah korban ataupun warga Sidoarjo dan dia hanya mencari sensasi dengan melakukan aksi tersebut. Merasa diremehkan, Hari Suwandi menolak jika diwawancarai oleh tim TVone, bahkan tak segan-segan mengusirnya. Namun, keadaan mulai berubah, Hari Suwandi meminta maaf kepada pihak Aburizal Bakrie atas tindakan unjuk rasanya tersebut. Dan setelah permohonan maaf itu, Suwandi seakan lenyap dari publik dan tidak kembali lagi ke Sidoarjo. Seperti halnya kucing dan anjing, Metro TV dan TVone melakukan gencatan senjata melalui berita. TVone yang gencar memberitakan tentang Luviana dibalas dengan pemberitaan Hari Suwandi oleh MetroTV. Sebuah kepentingan individu yang mengesampingkan hak-hak orang lain. Ketidakadilan yang diajukan Luviana dan Hari Suwandi malah dijadikan ajang pertarungan untuk media berita tersebut.
Film yang disutradarai Ucu Agustin tersebut membuka mata kita akan keadaan media di Indonesia saat ini. Media kehilangan independensinya. Konglomerasi media semakin kuat merasuki media-media di Indonesia. Media sekarang bukan memberitakan suatu berita yang obyektif namun memberitakan sesuatu yang sudah terkontaminasi oleh kepentingan individu. Pimpinan Media bisa memilih berita mana yang di-publish, mana yang tidak boleh di-publish, dan mana yang seharusnya di-publish secara besar-besaran seakan media adalah boneka sang pemilik kekuasaan. Keadaan ini memprihatinkan karena pada dasarnya media harus independen. Ini menyangkut bagaimana paradigma masyarakat terhadap berita yang dipublikasikan. Idealitas seorang mahasiswa komunikasi untuk menjadi jurnalis yang independen sepertinya akan terbentur oleh realitas keadaan media sekarang.
Pada sesi Diskusi, acara dimoderatori Ketua Umum Himakom, Miftah Faridl Widhagda, dengan pembicara Eka Nada Shofa Al-Khajar, S.Sos, M.Si (Akademisi Ilmu Komunikasi FISIP UNS – Pemerhati Film) dan Suwarmin (Wakil Pimpinan Redaksi Solopos – Praktisi Media Massa). Dalam diskusi, banyak pertanyaan yang diajukan peserta, antara lain :
T : Apakah ada media yang netral?
J : Untuk di televisi, tidak ada. Namun lainnya masih ada.
T:Dalam film ada percakapan sesorang dengan Suryo Paloh dengan menggunakan kata “abang”. Sebenarnya makna kata “abang” dalam konteks tersebut apa?
J: Penggunaan kata Abang dalam makna biasa itu hubungan kedekatan. Namun tanda kutip, dalam politik khususnya abang berarti atasan. Jarak yang jauh antara yang lain.


Pembicara sedang menanggapi pertanyaan peserta mengenai film "Di Balik Frekuensi"

Kesimpulannya, kita sebagai penikmat media haruslah bisa memilah dan memilih, mana yang benar dan cocok untuk dikonsumsi, karena hanya kita yang mampu merubah keadaan ini. Dan jangan melihat hanya satu pandangan media, tetapi bandingkan dengan media yang lain agar tidak terjebak dalam konstruksi media.