Official Website

Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNS

Join Us On

Search

Kamis, 09 Mei 2013

Review Ngobras April (Kamis, 18 April 2013) “Media Sosial dan Propaganda Komunikasi Politik”

Maraknya penggunaan sosial media di kalangan masyarakat, terutama kaum muda, memang tidak dapat dipungkiri lagi. Hal ini membuat munculnya perubahan yang berkaitan dengan sosial media. Salah satu fenomena yang terjadi adalah penggunaan sosial media untuk sosialisasi politik. Sosialisasi politik sekarang mulai merambah di dunia maya. Ini membuat sosial media menjadi sarana pembangun citra dan menjadi tolak ukur suksesnya sosialisasi politik di masyarakat.

Melihat fenomena ini, Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (HIMAKOM) FISIP UNS mengadakan acara Ngobras (Ngobrol Asyik Komunikasi) yang mengangkat isu tersebut. Ngobras yang merupakan salah satu program kerja dari bidang Diskusi dan Penalaran HIMAKOM ini mengambil tema “Sosial Media dan Propaganda Komunikasi Politik”.

Acara ini dilaksanakan pada Kamis, 18 April 2013 di Ruang Seminar FISIP UNS. Acara Ngobras kali ini menghadirkan pembicara yang berkompeten yaitu  Ajianto Dwi Nugroho, S.Sos dari Manikmaya Institute. Manikmaya Institute  merupakan institusi konsultan politik yang berbasis political branding, sosial media, dan media intelligent. Salah satu aspek yang menjadi fokus dari Manikmaya Institute adalah persoalan pencitraan atau branding, baik branding seseorang maupun seuatu kelompok.

Branding yang dilakukan melalui sosial media memang mempunyai efek yang besar. Sebagai contoh studi kasus, propaganda sekaligus sosialisasi pemilihan umum dewasa ini banyak dilakukan melalui sosial media. Melalui sarana ini masyarakat akan lebih mudah mengenal dan tidak asing lagi dengan serba-serbi pemilihan umum, utamanya calon kepala daerah yang akan dipih. Namun, branding melalui sosial media tidak semata-mata dipengaruhi oleh intensitas propaganda dan sosialisasi. Karena aksi branding akan sulit dilakukan jika image jelek sudah menempel calon terpilih pada kegiatan pemilu. Oleh karena itu muncullah istilah media darling, yaitu orang yang sukses dalam melakukan propaganda dan sosialisasi politik melalui media sosial.

Acara Ngobras ini dihadiri oleh 30 orang mahasiswa llmu Komunikasi FISIP UNS, dan berlangsung selama 2 jam. Ngobras kali ini dimoderatori oleh Ketua Himakom FISIP UNS periode 2013, Miftah Faridl Widhagdha.

Pertanyaan-pertanyaan banyak yang didiskusikan dan dijawab oleh Ajianto. Beberapa pertanyaan mengenai bagaimana sistem branding melalui media sosial diajukan, seperti:
1.       T: “Bagaimana mem-branding untuk seseorang yang telah mendapatkan reputasi buruk di masyarakat?“
J: “ Kalau soal korupsi masih relatif mudah karena dalam jangka tiga bulan saja orang sudah bisa memaafkan kesalahan koruptor. Namun jika itu menyoal tentang perempuan, butuh kerja keras alias sulit.”
2.       T: “Bagaimana seseorang itu bisa disebut Media Darling dan apa yang harus dilakukan seseorang yang telah mendapat label tersebut?”
J: “Seseorang dijuluki sebagai Media Darling ketika ia berhasil atau sukses dalam melakukan branding atau pencitraan di media. Menjadi seorang Media Darling harus memperhatikan factor-faktor yang berhubungan dengan media, yaitu jangan terlalu dekat atau terlalu jauh dengan wartawan. Lakukan juga PR-ing media agar bisa membangun image. Seorang Media Darling juga harus mengetahui peta politik, termasuk tim suksesnya, jika tidak ingin gagal.”

Kesimpulannya, melakukan branding terhadap seseorang itu tidak asal, harus sesuai dengan kenyataan, dan melihat bagaimana riwayat masalah seseorang tersebut. Ini menyangkut susah atau mudahnya kegiatan branding tersebut. Selain itu, branding yang dilakukan di sosial media juga meilhat bagaimana peminat masyarakat terhadap sosial media itu sendiri. Dengan kata lain, dapat simpulkan bahwa media sosial memegang peran penting dalam propaganda komunikasi politik dan dipengaruhi oleh beragam faktor.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar tapi yang sopan ya :))