Official Website

Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP UNS

Join Us On

Search

Senin, 25 Juni 2012

Delapan Kebohongan yang Mulia


Ini adalah sepengal kisah yg mungkin terjadi pada kita, lingkungan disekitar kita, tentang kasih sayang seorang ibu yg tiada bertepi terhadap anak-anaknya.

Cerita bermula ketika pada suatu malam, ketika itu hujan rintik diluar sana mengiringi pekik tangis bayi balita yang sedang rewel dikarenakan suhu badannya yang panas sudah dua hari tidak kunjung turun,. Dengan sabar dan penuh kasih sayang, si ibu menggendongnya sambil sesekali menghibur si bayi, sesekali diberinya ASI. Sang ayah merasa tidak tega. ”Ibu, biarlah ayah yg menggendong si Fulan, ibu istirahatlah, dari kemaren ibu belum istirahat, nanti sakit" ujar si ayah. si ibu menjawab, “Ayah tidurlah dulu, biar ibu yang tetap menggendong si fulan, Ibu tidak cape kok”. KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA.

Di sebuah keluarga yang kurang mampu, tiga tahun kemudian. Pada suatu suasana di meja makan yang sangat sederhana, sepiring nasi dengan sayur apa adanya. Si Fulan dengan dua orang kakaknya hendak melahap nasi tersebut dengan porsi yang amat terbatas. Ketika makan, ibu memindahkan nasinya ke piringku. Sambil memindahkan nasi ke piringku, ibu berkata, "Makanlah nak, ibu tidak lapar, kalian makanlah yg kenyang ya". KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA.

Karena penghasilan ayah yang pas-pas an, demi membiayai sekolah ku & kakak-kakak ku, ibu membuka usaha jahitan yang dapat membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala malam dingin tiba, aku sering terbangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan mesin jahit tuanya, dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya sampai malam benar-benar larut. Aku berkata, "Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi kan ibu bisa melanjutkan kerja." Ibu tersenyum dan berkata, "Tidurlah nak, Ibu belum ngantuk dan tidak capek, istirahatlah, kau besok kan sekolah". KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika terik matahari menyengat, aku sepulang sekolah, diterminal menjajakan makanan kecil untuk menambah penghasiln, ibu terlihat tergopoh kearahku, ibu yang tegar dan gigih baru saja mengantarkan jahitannya. Ibu dengan kasihnya menawarkan dan menuangkan teh yang dibawanya dalam botol untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh & dengan bibir yg kering, aku segera memberikan minumku untuk ibu, tapi beliau menolak & berkata, "Minumlah nak, ibu tidak haus, engkaulah yg lebih membutuhkan air ini, minumlah sayangku". KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Jalan hidup yang terjal memang harus dilalui. Ayah meninggal karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu (menjahit), dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku. Dia pun membantu ibu ku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibu ku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata, "Saya masih bisa melindungi anak-anak ku, mengantarkan mereka untuk mandiri, bagiku cintaku kini hanya untuk anak-anak dan tidak butuh cinta yang lain" (begitu cintanya ibu pada kami juga setia pada cinta mendiang ayah). KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah melewati cobaan & perjuangan hidup, kakak-kakak ku tamat dari sekolah dan bekerja dikota. Semua itu jerih payah perjuangan ibu. Ibu yang sudah tua sudah waktunya istirahat. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk tetap menjahit dan kerja tiada henti untuk memenuhi kebutuhan hidup yg pas-pas an. Kakak-kakak ku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu & aku, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata, "Ibu masih punya cukup banyak uang, tabunglah uang tersebut untuk bekal kalian, untuk masa depan kalian". KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Akhirnya aku pun dapat menyelesaikan sekolahku dan menyusul kakak-kakak ku bekerja dikota. Dengan hasil yang lumayan, aku bermaksud membawa ibu ku untuk menikmati hidup di kota dan tentunya dapat mengontrol kondisinya yg sering sakit-sakit an. Tetapi ibu yang berhati mulia, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya. Ia berkata kepadaku, "Ibu tidak terbiasa hidup dikota, lagipula ibu masih sanggup kok untuk bekerja, jangan mengkhawatirkan aku anak-anak ku". KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang sangat tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit. Aku & kakak-kakak ku yang berada dikota langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Kami melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani pengobatan. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap kami dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibu sehingga ibu terlihat lemah dan kurus kering. Kami sambil menatap ibu sambil berlinang air mata. Hati kami perih, sakit sekali melihat ibu dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata, "Jangan menangis anak-anak ku, Ibu tidak kesakitan, Ibu pasti sembuh untuk selalu mendampingi kalian anak-anak ku". KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibu tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.

Dari cerita pendek di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti berkecamuk dihati tentang berbagai emosi yang ujungnya ingin mengucapkan, "Terima kasih ibu".

Coba kita renungkan kembali lagi. Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi semua kasih sayang ibu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.

Sumber: http://bluedevilz12.blogspot.com/2009/12/delapan-kebohongan-yang-mulia.html

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkomentar tapi yang sopan ya :))