Maraknya penggunaan
sosial media di kalangan masyarakat, terutama kaum muda, memang tidak dapat dipungkiri lagi. Hal ini membuat munculnya
perubahan yang berkaitan dengan sosial media. Salah satu fenomena yang terjadi
adalah penggunaan sosial media untuk sosialisasi politik. Sosialisasi politik
sekarang mulai merambah di dunia maya. Ini membuat sosial media menjadi sarana
pembangun citra dan menjadi tolak ukur suksesnya sosialisasi politik di
masyarakat.
Melihat fenomena
ini, Himpunan Mahasiswa Ilmu
Komunikasi (HIMAKOM) FISIP UNS mengadakan acara Ngobras (Ngobrol Asyik
Komunikasi) yang mengangkat isu tersebut. Ngobras yang merupakan salah satu
program kerja dari bidang Diskusi dan Penalaran HIMAKOM ini mengambil tema
“Sosial Media dan Propaganda Komunikasi Politik”.
Acara ini dilaksanakan
pada Kamis, 18 April 2013 di Ruang Seminar FISIP UNS. Acara Ngobras kali ini
menghadirkan pembicara yang berkompeten yaitu Ajianto Dwi Nugroho, S.Sos dari Manikmaya
Institute. Manikmaya Institute merupakan
institusi konsultan politik yang berbasis political
branding, sosial media, dan media intelligent. Salah satu aspek yang menjadi fokus dari
Manikmaya Institute adalah persoalan pencitraan atau branding, baik branding seseorang
maupun seuatu kelompok.
Branding yang dilakukan melalui
sosial media memang mempunyai efek yang besar. Sebagai contoh studi kasus,
propaganda sekaligus sosialisasi pemilihan umum dewasa ini banyak dilakukan
melalui sosial media. Melalui sarana ini masyarakat akan lebih mudah mengenal
dan tidak asing lagi dengan serba-serbi pemilihan umum, utamanya calon kepala daerah yang akan dipih. Namun,
branding melalui sosial media tidak
semata-mata
dipengaruhi oleh intensitas propaganda dan sosialisasi. Karena aksi branding akan sulit dilakukan jika image
jelek sudah menempel calon terpilih pada kegiatan pemilu. Oleh karena itu
muncullah istilah media darling, yaitu
orang yang sukses dalam melakukan propaganda dan sosialisasi politik melalui
media sosial.
Acara Ngobras ini dihadiri oleh 30 orang mahasiswa llmu Komunikasi FISIP
UNS, dan berlangsung selama 2 jam. Ngobras kali ini dimoderatori oleh Ketua
Himakom FISIP UNS periode 2013, Miftah Faridl Widhagdha.
Pertanyaan-pertanyaan banyak yang didiskusikan dan dijawab oleh Ajianto.
Beberapa pertanyaan mengenai bagaimana sistem branding melalui media sosial diajukan, seperti:
1.
T: “Bagaimana
mem-branding untuk seseorang yang
telah mendapatkan reputasi buruk di masyarakat?“
J: “ Kalau soal korupsi masih relatif mudah
karena dalam jangka tiga bulan saja orang sudah bisa memaafkan kesalahan
koruptor. Namun jika itu menyoal tentang perempuan, butuh kerja keras alias
sulit.”
2.
T:
“Bagaimana seseorang itu bisa disebut Media
Darling dan apa yang harus dilakukan seseorang yang telah mendapat label
tersebut?”
J: “Seseorang dijuluki sebagai Media
Darling ketika ia berhasil atau sukses dalam melakukan branding atau pencitraan di media. Menjadi seorang Media Darling harus memperhatikan
factor-faktor yang berhubungan dengan media, yaitu jangan terlalu dekat atau
terlalu jauh dengan wartawan. Lakukan juga PR-ing
media agar bisa membangun image.
Seorang Media Darling juga harus
mengetahui peta politik, termasuk tim suksesnya, jika tidak ingin gagal.”
Kesimpulannya, melakukan branding
terhadap seseorang itu tidak asal, harus sesuai dengan kenyataan, dan melihat
bagaimana riwayat masalah seseorang tersebut. Ini menyangkut susah atau
mudahnya kegiatan branding tersebut. Selain itu, branding yang
dilakukan di sosial media juga meilhat bagaimana peminat masyarakat terhadap
sosial media itu sendiri. Dengan kata lain, dapat simpulkan bahwa media sosial memegang peran
penting dalam propaganda komunikasi politik dan dipengaruhi oleh beragam
faktor.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar tapi yang sopan ya :))