NGOBRAS
balik lagi loh! Hayoo kosongkan jadwalmu untuk ikutan NGOBRAS kali ini. Tema
dan pembicara oke punya loh. Jangan sampe nyesel karena gak bisa dateng ya :D
NGOBRAS kali
ini akan membawakan tema "Media Sosial dan Propoganda Komunikasi
Politik"
Kira-kira
itu apa sih?
Jalaluddin Rakhmat,
dalam bukunya Psikologi Komunikasi (1994), menyatakan bahwa Media massa
merupakan jenis media yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,
heterogen, dan anonim sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak
dan sesaat.
Di era reformasi
sekarang ini, di mana media menjadi suatu sarana yang sangat bebas untuk
digunakan siapa saja, membuat media seperti memegang serangkaian hal-hal yang
berhubungan dengan realitas yang nyata.
Pun demikian
hubungannya dengan politik. Mempunyai banyak strategi yang bisa digunakan untuk
mencapai sebuah tujuan, itulah yang disebut dengan politik. Salah satu strategi
yang banyak digunakan, atau bisa dikatakan wajib digunakan, adalah propaganda.
Untuk itulah propaganda dalam politik menjadi aspek yang sangat penting.
Mengingat cakupan
media yang begitu luas pengaruhnya dan berkembang dengan sangat pesat seiring
percepatan inovasi teknologi, saat ini muncul media – media baru yang
memanfaatkan teknologi untuk menjadi media komunikasi masyarakat. pada jaman
sekarang, muncul lah istilah Media Sosial yang dapat menghubungkan individu dengan
individu menjadi tanpa batas fisik yang jelas. Media Sosial yang memanfaatkan
teknologi seperti Facebook, Twitter, Blog, dan berbagai aplikasi Media Sosial
lainnya telah menjelma menjadi bagian dari realitas masyarakat kini. Apa yang
ditampilkan di Media Sosial, kini tak jarang adalah representatif dari apa yang
terjadi di lapangan.
Dampak Media Sosial
yang cukup signifikan tersebut kini ditangkap oleh orang – orang yang
berkecimpung di dunia politik sebagai salah satu alat untuk membentuk opini
publik, bahkan sampai melakukan propaganda. Media Sosial kini menjadi ajang
pertarungan propaganda berbagai kepentingan politik yang sarat makna dan tanda.
Masyarakat yang tidak mengetahui adanya maksud – maksud tertentu dibalik
propaganda komunikasi politik di media sosial bisa – bisa menjadi pengikut
tanpa arah yang jelas dari pusaran informasi yang terlampau banyak.
Untuk
pembiacaranya sendiri ada bapak Ajianto Dwi Nugroho. Yuk, simak sekilas tentang
beliau.
AJIANTO DWI NUGROHO
Fakultas :ISIPOL
(UGM)
Jurusan :ILMU
SOSIATRI
NIU :102727
Angkatan :1995
Tahun Lulus :2003
Ajianto Dwi
Nugroho adalah Direktur MANIKMAYA, sebuah perusahaan konsultan politik yang
berbasis political branding, social media, dan media intelligent. Dia pernah bekerja
di Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) dan Partnership Governance Reform
(PGR) sebagai konsultan media. Dia juga pernah menulis buku tentang Jokowi,
“Jokowi: Politik Tanpa Pencitraan” tahun 2012 lalu. Saat ini dia sedang
disibukkan dengan menjadi Koordinator Relawan Garuda, tim sosialisasi salah
satu calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah dengan media sosmed.
Sinopsis :
Sudah
saatnya kita meninggalkan politik yang penuh pencitraan dan poling survei
bayaran yang membuat transisi demokrasi kita menjadi mahal serta dibajak oleh
para elite instan dengan politik uang. Politik adalah seni memperebutkan dan
berbagi kekuasaan untuk kepentingan publik. Wajar bila kita mendapatkan
pemimpin yang menjalankan politik dengan sehat, hemat, dan bermartabat.
Politisi yang baik dipilih karena prestasi dan reputasinya yang jujur serta
bersih, bukan politisi yang mendapatkan jabatan publik dengan cara membeli
suara. Jokowi adalah salah satu politisi yang tampil apa adanya. Modalnya
adalah prestasi dan reputasi yang diakui oleh banyak kalangan. Dia mempunyai
political brand yang unik dan tiada banding. Setiap orang sesungguhnya memiliki
keunikan pribadi dan karakter yang khas masing-masing sehingga setiap orang,
baik politisi maupun bukan, sejatinya dapat membangun political brand-nya
sendiri tanpa dipoles oleh pencitraan yang palsu. Buku ini menjadi penting
dibaca oleh setiap orang yang ingin menjadi dirinya sendiri dengan menyimak
sosok Jokowi.
“Jokowi mempunyai karakter mau
mendengarkan apa yang dikehendaki masyarakat, dan yang terpenting dia mau
melaksanakan dengan serius apa yang dikehendaki masyarakat itu. Pemimpin
seperti itulah yang dibutuhkan oleh DKI Jakarta.”
— Jusuf Kalla, Mantan Wakil
Presiden RI
“Buku ini menjelaskan mengapa
Jokowi menjadi magnet bagi banyak orang untuk mendukungnya, yaitu kepemimpinan.
Jokowi mempunyai kepemimpinan yang bisa dipercaya, jujur, dan bersih. Dan yang
lebih penting, semua itu sudah dibuktikan dan diakui di tingkat nasional serta
internasional.”
— Mooryati Sudibyo, Pengusaha
“Sekarang ini memilih manusia
baik untuk setara dalam berkawan saja sulit, apalagi memilih pemimpin. Jokowi
adalah salah satu orang yang membuat saya punya harapan. Barangkali sedikit
berlebihan, tapi itu lebih baik daripada pesimistis dan putus asa.”
— Hanung Bramantyo, Film Maker
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar tapi yang sopan ya :))